Pria Sejati Katolik

komunitas terbuka untuk semua pria Katolik

Masalah masih sama, tapi cara menjalaninya berbeda

Saya seorang yang suka dunia marketing dan suka memotivasi orang. Saya sering memotivasi orang-orang “Kalau saya bisa, kamu juga bisa”. Hal tersebut saya tuntut juga kepada istri saya. Belakangan baru saya mengerti bahwa istri lebih ingin didengarkan daripada dicereweti yang bagi dia merupakan sebuah tuntutan.

Satu setengah tahun pertama pernikahan kami, saya tidak mau punya anak dulu. Karena dalam keluarga kami yang ada adalah cekcok melulu. Ada yang bilang bahwa kelahiran anak jangan ditunda karena bisa-bisa nantinya malah tidak bisa punya anak.

Akhirnya anak saya lahir. Saya berharap dengan adanya anak, keluarga saya bisa lebih baik. Ternyata tidak berubah. Istri saya yang biasanya berlaku lambat, malah makin lelet. Sedangkan saya sangat gembira dengan kelahiran anak saya. Sepulang kerja, saya mengambil alih tugas-tugas baby sitter. Saya yang mandikan anak, ganti popok, kasih makan, dll. Saya senang dan fokus pada anak, sehingga anak lebih dekat dengan saya daripada dengan istri saya.

Bulan Agustus 2015 adalah puncak yang tidak terduga bagi saya. Saya digugat cerai oleh istri saya. Selama proses, saya tidak boleh ketemu anak.

Pertemuan pertama dengan anak saya, anak saya minta ikut dengan saya, karena sebelumnya dia sangat akrab dengan saya.

Pertemuan kedua dengan anak saya, kelihatannya anak saya sudah di-brainwash. Dia tidak seceria sebelumnya. Anak saya tidak mau lagi dekat dengan saya, bahkan ingin menghindar. Saya bertemu anak saya terakhir 5 Okt 2015. Buat saya ini adalah masalah yang sangat berat. Saya kehilangan anak saya yang saya cintai.

Selama proses perceraian, saya mencari Tuhan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan rohani, termasuk Retret Pria Sejati Katolik di bulan September 2015 yang menguatkan saya. Saya sebenarnya adalah orang yang sangat keras. Saya tidak pernah menangis. Tetapi sekarang saya mudah menangis jika mendengar lagu rohani.

Saya sebenarnya iri jika mendengar kesaksian orang-orang lain. Orang-orang lain terlibat dalam masalah besar, tapi tidak cerai. Saya merasa tidak punya masalah besar, tapi diceraikan istri.

Suatu saat saya mendengar suara Tuhan, “Tuhan besertamu, kasihilah dia (istrimu)”. Saya jawab, “Bagaimana mengasihi dia (istri saya)? Anak saya dibawa dia.”
Tuhan menjawab, “Kasihilah dia tanpa syarat”.
Karena perintah Tuhan itu, saya bilang pada istri saya bahwa saya mencintai dia. Tapi hal itu sampai sekarang belum mengubah keadaan.

Sekarang saya hanya ingin memperbaiki hidup saya. Saya ingin menjalani hidup ini dengan benar. Dengan mengikut Tuhan, masalah tidak berubah. Masalah masih sama, tapi cara menjalaninya berbeda.

Saya rindu anak saya. Saya percaya Tuhan menjaga dia. Saya ingin istri saya kembali. Tuhan pasti memberikan saya yang terbaik.

(disharingkan 21 Feb 2016)

22 February 2016 - Posted by | Kesaksian

No comments yet.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: