Kesaksian peserta Retret Pria Sejati Katolik 20-21 Feb 2016
Saya sudah diajak untuk mengikuti retret ini sejak 5 tahun lalu. Tapi karena namanya Retret Pria “Sejati”, saya pikir saya jauh dari kata “sejati” itu, sehingga tidak cocok dengan saya. Di rumah, saya seorang diktator, istri harus nurut dengan saya.
Mendengar sesi-sesi yang dibawakan oleh para pembicara, saya tersadar bahwa saya ternyata sombong. Saya mau mengubah hidup saya. Kemarin saya sudah bilang pada istri saya, “Saya mau mulai lagi hidup baru bersama kamu.” Semoga Tuhan memampukan saya dalam menjalani niat saya ini.
(disharingkan di hari kedua retret)
Masalah masih sama, tapi cara menjalaninya berbeda
Saya seorang yang suka dunia marketing dan suka memotivasi orang. Saya sering memotivasi orang-orang “Kalau saya bisa, kamu juga bisa”. Hal tersebut saya tuntut juga kepada istri saya. Belakangan baru saya mengerti bahwa istri lebih ingin didengarkan daripada dicereweti yang bagi dia merupakan sebuah tuntutan.
Satu setengah tahun pertama pernikahan kami, saya tidak mau punya anak dulu. Karena dalam keluarga kami yang ada adalah cekcok melulu. Ada yang bilang bahwa kelahiran anak jangan ditunda karena bisa-bisa nantinya malah tidak bisa punya anak.
Continue reading