Kesaksian pada KRK 29 Maret 2008
Sabtu, tgl 29 Maret 2008 di Gereja St. Stefanus, Cilandak, Jakarta telah diadakan Kebaktian Kebangunan Rohani yang khususnya diadakan untuk peserta camp Pria Sejati Katolik dan Wanita Diberkati.
Ini adalah kutipan beberapa kesaksian yang dibawakan dalam acara tersebut:
Bp. E dan istri:
Setelah mengikuti camp Pria Sejati Katolik, sudah sebulan ini saya tidak marah-marah dengan anak-anak. Kalau saya mau marah, saya tanya dulu pada mereka, “Papa boleh marah ngga?” dan mereka akan menjawab “Ngga” 🙂
Bp. Y dan istri:
Saya adalah orang Katolik sejak kecil. Saya jadi putra altar. Dulu saya sangat “diberkati” karena cari kerja gampang, cari uang gampang. Tetapi kehidupan saya di luar Tuhan. Senin-Jumat saya suka pulang pagi. Sabtu dan Minggu saya memperlakukan kamar saya seperti hotel bintang 5. Saya tidak boleh diganggu. Kelima dosa pria saya lakukan. Saya sering berantem dengan istri. Dan saya beringasan. Sampai akhirnya tahun 2006 Tuhan membuat semua berubah. Saya sulit cari uang. Teman-teman tidak ada lagi.
Saya ikut camp Pria Sejati Katolik karena diancam ‘divorce’ oleh istri. Saya sayang keempat anak saya dan tidak ingin divorce yang akan menyakiti hati mereka. Mengikuti camp Pria Sejati Katolik angkatan pertama, saya menangis terus selama mendengarkan sesion-sesion yang dibawakan.
Sekarang Tuhan mengubahkan saya, walaupun masih ada kekurangan saya. Saya sekarang tahu bahwa dalam hidup ini kita harus pertama-tama mengasihi istri dan anak-anak. Pada saat kita sukses, kita bisa banyak teman. Pada saat kita susah, hanya istri dan anak-anak yang akan mendampingi kita.
Bp. A:
Saya sudah terlibat pelayanan sejak lama. Terutama pelayanan kepada anak-anak muda. Sayangnya saya sulit lepas dari dosa pornografi. Bila di hadapan internet, saya bisa menikmati pornografi dari jam 1 siang sampai jam 4 pagi. Walaupun Tuhan pernah memperingatkan saya dengan “satu kali saya jijik sekali dengan apa yang salah lihat karena pornografi yg saya lihat hanya seperti gumpalan-gumpalan daging saja”. Tapi tetap tidak mengubah kehidupan saya.
Kehidupan keluarga saya juga tidak baik. Saya kasar pada istri. Kadang-kadang maunya saya adalah pertengkaran kami tidak terdengar oleh anak, sehingga saya harus menutup mulut istri saya. Tapi dari pandangan istri: saya telah memukulnya, membenturkan kepalanya ke tembok, dsb. Sampai puncaknya suatu kali saya sampai ingin membunuh istri saya (saya mengejar-ngejar istri saya utk membunuhnya). Sayangnya hal itu diketahui anak saya dan beberapa anak muda yang ingin minta tanda tangan saya di rumah. Saya yang selama ini menjadi panutan, malah memberikan image buruk. Bahkan setelah berpisah selama 1 bulan pun dgn istri, saya tetap tidak berubah. Dalam keadaan stres, pelarian saya adalah ke pornografi.
Suatu kali saya ke gereja dan berdoa minta bantuan Tuhan untuk pekerjaan saya membuatkan visi-misi client saya. Hari itu Tuhan tegur saya. Hari minggu pun saya memikirkan client saya. Kenapa saya tidak memikirkan ‘visi misi keluarga’ saya. Mulai hari itu saya bertekad menyelamatkan keutuhan keluarga saya.
Puji Tuhan sekarang kehidupan saya sudah berubah total.
No comments yet.
Leave a Reply